Kamis

WNI Di Mesir Terancam Kelaparan

Memasuki hari kesebelas krisis politik di Mesir, warga negara Indonesia yang berada di daerah konflik itu semakin sulit mendapat bahan makanan. Toko, bank, serta fasilitas ekonomi masih tutup. Sekalipun ada toko yang buka, harga bahan pangan melonjak tinggi.

Kesulitan mendapat makanan setidaknya dirasakan Adib Ali Rahbini (19), seorang mahasiswa Al Azhar, Kairo, asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Putra bungsu pasangan almarhum Ali Rahbini dan Jamilaturrosida (48) ini mengaku, dia bersama tujuh rekannya yang tinggal di rumah kontrakan di Hay Sabi’ Nasr City, Kairo, tidak bisa masak sejak beberapa hari ini.

“Semua mahasiswa Indonesia dibatasi waktunya oleh petugas keamanan untuk keluar dari asrama. Harga bahan makanan sudah naik. Biasanya, telur harganya 3 pounds, sekarang naik menjadi 5 pounds,” ujar Adib ketika dihubungi wartawan melalui sambungan telepon internasional, kemarin.

Meski demikian putra pendiri Ponpes Sirajul Ummah Desa Kertosono, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, ini mengaku merasa aman berada di tengah situasi krisis politik Mesir.

Selain tempat tinggalnya berada sekira 30 kilometer dari pusat gejolak massa, saat ini jadwal akademik kampus sedang memasuki masa liburan. Sehingga kegiatan sehari-hari cukup dilakukan di dalam asrama.

Namun kabar kerusuhan besar di Kairo, membuat Jamilaturrosida merasa cemas. Dia hanya bisa berdoa dan pasrah terhadap keselamatan anak yang diharapkan mampu menjadi penerus Ponpes Sirajul Ummah.

“Saya tidak bisa tidur nyenyak. Saya hanya bisa pasrah,” ucapnya.

0 komentar: